
Dahulu kala, ada seorang pangeran yang ingin
menikah dengan seorang putri . Tapi dia tidak ingin menikah denga puri
sembarangan. Dia hanya menginginkan putrid sejati.
Tidak ada satu pun putrid di sekitar kerajaan yang
cocok di hatinya.
“Memangnya apa yang salah dengan mereka, Patrick?”
seru ayahandanya, Sang baginda raja. “Semua putrid telah dikenalkan padamu.”
“Aku tidak yakin mereka putrid sejati, ” desah
pangeran Patrrick. “Aku akan mencarinya sendiri.” “lakukanlah apa yang kau
inginkan, sayang,” kata sang ratu yang memanjakan sang putranya itu.
“Anakku harus mendapatkan yang terbaik.”
Keesokan harinya, pangeran Patrick bersiap untuk
menjelajah dunia demi mencari putrid sejati.
Dia pergi dengan duabelas koper, sepuluh pasang
sepatu, mahkota cadangan, dan sepupunya fred.
“Selamat jalan, sayangku,” tangis sang ratu, sambil
menyeka air mata dengan sapu tangan sutranya. “Jangan lupa pakai selimut!”
Baru sebentar mereka berjalan, tiba-tiba terdengar
suara bersin dari bawah kursi . “Siapa disitu?” seru sang pangeran.
Sesosok yang mungil merangkak keluar. “Bukankah kau
sang pelayan istana?” Tanya Pangeran Patrick.
Peg mengangguk .
“Apa yang kau lakukan disini?” tanyan sang
pangeran.
“Aku selalu berada di dalam istana sepanjang
hidupku, dai sejak aku di tinggalkan di depan pintu istana ketika aku masih
bayi.”
Mukanya memerah. “Selain itu, koki istana marah
besar karena aku menghanguskan pudingnya. ” imbuhnya.
“Tapi kau tidak bias ikut bersama kami,” kata Fred.
“Ini petualang khusus laki-laki. Paling-paling nanti kau ketakutan dan minta
pulang.”
“Kita tidak akan kembali sekarang,” kata pangeran
Patrick. “Biarkan saja dia ikut kita.”
Peg nyengir kea rah fred.
“Baiklah perhentian pertama, gubuk penyihir jahat.”
“Yang benar saja?” seru Fred ketakutan.
Pangeran Patrick menggelengkan kepalanya. “Penyihir
itu tau cara mencari seorang putrid sejati. Dialah harapan terbaikku….”
“Nah, Peg,” kata pangeran Patrick, “Ini mungkin
berbahaya. Kau tinggal di dalam kereta saja. Aku dan Fred akan menemui si
penyihir itu.”
Sang pangeran mengetuk pintu gubuk si penyihir tiga
kali tidak ada jawaban.
“Sepertinya tidak ada orang di dalam. Lebih baik
kita pergi saja,” kata Fred, yang sudah mundur ke belakang.
“Dia pasti ada di dalam,” sahut sang pangeran. Dia
membungkukkan badannya untuk mengintip melalui lubang kunci.
Sebuah mata hijau besar sedang menatap dirinya.
Pangeran Patrick kaget dan melompat kebelakang, pantatnya mendarat tepat di
atas lumpur.
Seorang wanita pendek dan gempal membuka pintu
sambil terkikik, “Aku membuatmu takut,ya? Tadi aku hanya ingin memeriksa siapa
yang dating. Zaman sekarang kita harus xtra waspada.”
Fred terheran-heran. “Apakah kau si penyihir? ”
tanyanya. “Kau sama sekali tidak menakutkan. ” Penyihir itu tampak agak kesal.
“Padahal aku sudah berusaha tampak seram,” keluhnya. “Minggu lalu aku berusaha
menumbuhkan kutil baru.”
“Ayo masuklah,” lanjut penyihir itu. “Aku baru saja
masak sup lezat untuk makan siang.”
“Kami tidak lapar.” Sambut pangeran Patrick cepat.
“Aku dating ingin meminta bantuanmu. Aku ingin mengetahui bagaimana cara
mencari seorang putrid sejati.”
“Putri sejati sangatlah langka,” jawab si penyihir
, “Dan sulit untuk mengetahui yang palsu. Tapi ada satu tes yang bisa kamu
coba.”
“Seorang putrid sejati harus memunyai… otak rebus,
kacang busuk, dan ludah kucing.”
“Apa?” seru pangeran.
“Oh, maaf , itu resep membuat sup. Ini dia….”
“Kulit yang peka?” Tanya Pangeran Patrick, terlihat
bingung.
“Seorang putrid sejati.” Si penyihir menjelaskan,
“Memunyai kulit yang sangat lembut sehingga dia bias merasakan sebutir kacang
polong di bawah duapuluh tumpukan kasur.”
“Terimakasih,” sahut sang pangeran. “Kau amat
membantu.” Dia berbalik menuju pintu.
“Oh, tinggallah untuk makan siang,” pinta si
penyihir. “Supku sudah hamper matang. Dan ajaklah masuk gadis malang di luar
itu.”
Mereka terjebak di dalam gubuk penyihir sampai isi
ketel kosong.
“Aku merasa mual ,” erang peg dalam perjalanan
kembali ke kereta.
“Ya, kau seharusnya tidak memakan tiga mangkuk
kalau begitu,” sahut Fred.
“Aku bersikap sopan! Aku tidak memakan tiga mangkuk
kalau begitu,” sahut Fred.
“Kau baik sekali,
Peg, ” kata Pangeran Patrick, tersenyum padanya.
“Ke mana kita akan pergi sekarang?” Tanya Fred.
“Sekarang aku sudah punya bahan tes dari si
penyihir. Akhirnya aku bisa mencari putrid sejati. ” sahut sang pangeran.
“Kita akan pergi menemui putrid sejati,” sahut sang
pangeran. “Kita akan menemui putri Prenella. Lihat petanya, Fred.
” Putri Prenella sangat senang dan girang melihat
sang pangeran. “Kamu harus masuk dan tinggal di istanaku,” serunya. Putri
Prenella berlari di atas jembatan sambil menyeret Pangeran Patrick bersamanya.
“Ayo cepat! Ayo cepat!” serunya kepada para
pelayannya. “Siapkan kamar terbaik untuk pangeran dan fred.”
“Permisi,” kata peg. Sambil berjuang membawa koper.
“Di mana aku tidur?”
“Pelayan tidur di atas loteng,” jawab sang putri
angkuh. “Mungkin ada sedikit tikus di loteng, tapi ku yakin kau bisa
mengatasinya.”
Peg pergi menuju kamarnya.
Kamar itu sangat dingin dan lembap. Dia bisa
mendengar tikus-tikus berlarian kesana kemari, mencicit-cicit.
Sementaran itu, Fred dan sang pangeran menikmati
jamuan agung bersamaputri Prenella.
“Kau baik sekali,” kata pangeran Patrick, “Tapi
bagaimana dengan peg? Apa dia makan di dapur?”
Sang putrid tampak terkejut. “Pelayan kecil jelek
itu? Un tuk apa aku repot-repot mengurus dia.”
“sepertinya kami harus pergi,” Kata pangeran
Patrick. “Kau bukanlah putri sejati.”
“Oh, tentu saja aku putrid sejati! ” Seru putrid
prenella.
“Oh tidak,kau bukan putrid sejati!” seru Fred.
“Kamu gagal dalam ujian putri sejati yang pertama.”
“Putri sejati bersikap sopan pada semua orang,”
pangeran Patrick menjelaskan “ dan kamu baru saja bersikap kasar kepada Peg.”
“Aku tidak akan menyerah!” kata pangeran Pattrick.
“Pasti ada putrid sejati di suatu tempat….”
“Menurut peta ini, Putri Palova tinggal di sekitar
sini. Ayo kita coba temui dia,” saran Fred
Setibanya di istana putrid palova, seorang pelayyan
membuka pintu. “Siapa yang dating?” Tanya putrid palova.
“Seorang pengemis, yang Mulia.”
“Kita tidak punya apa-apa untuknya,” tukas sang
putri. “Suruh dia pergi.”
Pangeran Patrick membalikan badannya. “Dia bukan
putrid sejati,” pikirnya. “Seorang putri sejati sopan dan baik hati, bahkan
kepada pengemis.”
“Aku menyerah,” desah sang pangeran. “Aku tidak
akan pernah menikah! Kurasa tidak ada putri sejati dimana pun. Kita pulang
saja.” Mereka bersiap melakukan perjalanan panjang ke istana. Semuanya murungm
termasuk para kuda.
“Kurasa si koki belum lupa dengan pudding yang
telahn aku hanguskan,” kata Peg.
Kereta itu tiba di istana tepat pada saat badai
besar dating.
Peg langsung menuju ke dapur dengan perasaan tidak
enak. “Ada ratusan piring kotor yang harus kau cuci,” bentak si Koki.
“piring-piring kotor itu sudah menumpuk sejak kau pergi.”
Sementara itu pangeran Patrick dan Fred menemui
sang raja dan ratu. Di luar,hujan mulai menghantam jendela-jendela. Kilat mulai
menyambar-nyambar di langit.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Seorang
putri yang cantik basah kuyup melangkah kedalam ruangan,dia menggigil
kedinginan. “Maaf jika saya merepotkan kalian,” katanya sopan, “tapi keretaku
rusak.” “tidak apa-apa,” sahut pangeran Patrick cepat. “Kami akan membetulkan
keretamu di besok pagi.”
“Dia bertindak seperti seorang putrid sejati,”
piker sang pangeran, “tapi aku harus yakin.”
Pangeran Patrick menyuruh para pelayan menyiapkan
kamar untuk putrid Primrose. “Tumpuklah dua puluh kasur di atastempat
tidurnya,” perintah pangeran Patrick, “dan taruhlah sebutir kacang polong di
paling dasar.”
Sementara itu, malam itu Peg tidak tidur. Dia harus
menyelesaikan tugasnya mencuci piring. Keesokan harinya putrid Primrose muncul
untuk sarapan
“Bagaimana tidurmu?” Tanya pangeran Patrick.
“Aku menyukai semua kasurnya,” sahut sang putri.
“Itu adalah tempat tidur yang paling nyaman.”
Pangeran Patrick mendesah. “Seorang putrid sejati harusnya bisa merasakan
kacang polong yang menganjal,”pikirnya, selesai sarapan, dia mengucapkan
selamat tinggal pada putri Primrose. “Seorang putrid palsu lagi,” katanya
sedih.
Satu jam kemudian, Peg terkejut dan terjaga.
“Aduh!” serunya. “Ada sesuatu yang menganjal di tempat tidur ini. Aku mau
turun.”
Tapi ketika dia membungkuk, tanpa sengaja ia
menjatuhkan tangga. Tangga itu terjatuh dengan suara keras. “Sial!” seru Peg.
“Aku terjebak di atas.” “Tolong!” Peg berteriak sekencang-kencangnya, “Aku
tidak bisa turun. TOLONG!”
Semua orang bergegas mendatangi ke kamar itu. “Apa
yang kamu lakukan di atas sana?” Tanya Pangeran Patrick.
“Aku tadiya hendak bersih-bersih,” sahut Peg, “Tapi
aku begitu lelah sehingga ketiduran.” “Sayangnya ada sesuatu yang menganjal di
tempat tidur ini,” lanjut Peg. “Badanku menjadi memar.”
Pangeran Patrick tahu ini hanya berarti suatu hal…
“Luar biasa!” seru pangeran Patrick.
“Kau
bersikap sopan kepada si penyihir,berbuat baik kepada pengemis, dan sekarang
kau bisa merasakan sebutir kacang polong di bawah dua puluh kasur. Kau pastilah
seorang putri sejati!”
Sang pangeran bergegas menaiki tangga. “Peg, maukah
kau menikah denganku?” Peg ternganga.
“Kau inginmenikahi aku, seorang pelayan istana?
Ya, tentu saja!” Pangeran Patrick akhirnya menikahi putri sejati.
The 23 Casino in San Diego, CA - Mapyro
BalasHapusThe 23 Casino 과천 출장샵 is 과천 출장마사지 located at 11555 Boulder Road, Las Vegas, 화성 출장안마 NV 89109. The casino 김포 출장샵 has over 충주 출장샵 2200 slots, over 300 table games, and in a hotel.