Wellcome to my Blogspot Cesar Yadi

Rabu, 12 April 2017

dongeng_putri_polong

Image result for gambar cerita rakyat
Dahulu kala, ada seorang pangeran yang ingin menikah dengan seorang putri . Tapi dia tidak ingin menikah denga puri sembarangan. Dia hanya menginginkan putrid sejati.
Tidak ada satu pun putrid di sekitar kerajaan yang cocok di hatinya.
“Memangnya apa yang salah dengan mereka, Patrick?” seru ayahandanya, Sang baginda raja. “Semua putrid telah dikenalkan padamu.”
“Aku tidak yakin mereka putrid sejati, ” desah pangeran Patrrick. “Aku akan mencarinya sendiri.” “lakukanlah apa yang kau inginkan, sayang,” kata sang ratu yang memanjakan sang putranya itu.
“Anakku harus mendapatkan yang terbaik.”
Keesokan harinya, pangeran Patrick bersiap untuk menjelajah dunia demi mencari putrid sejati.
Dia pergi dengan duabelas koper, sepuluh pasang sepatu, mahkota cadangan, dan sepupunya fred.
“Selamat jalan, sayangku,” tangis sang ratu, sambil menyeka air mata dengan sapu tangan sutranya. “Jangan lupa pakai selimut!”
Baru sebentar mereka berjalan, tiba-tiba terdengar suara bersin dari bawah kursi . “Siapa disitu?” seru sang pangeran.
Sesosok yang mungil merangkak keluar. “Bukankah kau sang pelayan istana?” Tanya Pangeran Patrick.
Peg mengangguk .
“Apa yang kau lakukan disini?” tanyan sang pangeran.
“Aku selalu berada di dalam istana sepanjang hidupku, dai sejak aku di tinggalkan di depan pintu istana ketika aku masih bayi.”
Mukanya memerah. “Selain itu, koki istana marah besar karena aku menghanguskan pudingnya. ” imbuhnya.
“Tapi kau tidak bias ikut bersama kami,” kata Fred. “Ini petualang khusus laki-laki. Paling-paling nanti kau ketakutan dan minta pulang.”
“Kita tidak akan kembali sekarang,” kata pangeran Patrick. “Biarkan saja dia ikut kita.”
Peg nyengir kea rah fred.
“Baiklah perhentian pertama, gubuk penyihir jahat.”
“Yang benar saja?” seru Fred ketakutan.
Pangeran Patrick menggelengkan kepalanya. “Penyihir itu tau cara mencari seorang putrid sejati. Dialah harapan terbaikku….”
“Nah, Peg,” kata pangeran Patrick, “Ini mungkin berbahaya. Kau tinggal di dalam kereta saja. Aku dan Fred akan menemui si penyihir itu.”
Sang pangeran mengetuk pintu gubuk si penyihir tiga kali tidak ada jawaban.
“Sepertinya tidak ada orang di dalam. Lebih baik kita pergi saja,” kata Fred, yang sudah mundur ke belakang.
“Dia pasti ada di dalam,” sahut sang pangeran. Dia membungkukkan badannya untuk mengintip melalui lubang kunci.
Sebuah mata hijau besar sedang menatap dirinya. Pangeran Patrick kaget dan melompat kebelakang, pantatnya mendarat tepat di atas lumpur.
Seorang wanita pendek dan gempal membuka pintu sambil terkikik, “Aku membuatmu takut,ya? Tadi aku hanya ingin memeriksa siapa yang dating. Zaman sekarang kita harus xtra waspada.”
Fred terheran-heran. “Apakah kau si penyihir? ” tanyanya. “Kau sama sekali tidak menakutkan. ” Penyihir itu tampak agak kesal. “Padahal aku sudah berusaha tampak seram,” keluhnya. “Minggu lalu aku berusaha menumbuhkan kutil baru.”
“Ayo masuklah,” lanjut penyihir itu. “Aku baru saja masak sup lezat untuk makan siang.”
“Kami tidak lapar.” Sambut pangeran Patrick cepat. “Aku dating ingin meminta bantuanmu. Aku ingin mengetahui bagaimana cara mencari seorang putrid sejati.”
“Putri sejati sangatlah langka,” jawab si penyihir , “Dan sulit untuk mengetahui yang palsu. Tapi ada satu tes yang bisa kamu coba.”
“Seorang putrid sejati harus memunyai… otak rebus, kacang busuk, dan ludah kucing.”
“Apa?” seru pangeran.
“Oh, maaf , itu resep membuat sup. Ini dia….”
“Kulit yang peka?” Tanya Pangeran Patrick, terlihat bingung.
“Seorang putrid sejati.” Si penyihir menjelaskan, “Memunyai kulit yang sangat lembut sehingga dia bias merasakan sebutir kacang polong di bawah duapuluh tumpukan kasur.”
“Terimakasih,” sahut sang pangeran. “Kau amat membantu.” Dia berbalik menuju pintu.
“Oh, tinggallah untuk makan siang,” pinta si penyihir. “Supku sudah hamper matang. Dan ajaklah masuk gadis malang di luar itu.”
Mereka terjebak di dalam gubuk penyihir sampai isi ketel kosong.
“Aku merasa mual ,” erang peg dalam perjalanan kembali ke kereta.
“Ya, kau seharusnya tidak memakan tiga mangkuk kalau begitu,” sahut Fred.
“Aku bersikap sopan! Aku tidak memakan tiga mangkuk kalau begitu,” sahut Fred.
“Kau baik sekali,  Peg, ” kata Pangeran Patrick, tersenyum padanya.

“Ke mana kita akan pergi sekarang?” Tanya Fred.
“Sekarang aku sudah punya bahan tes dari si penyihir. Akhirnya aku bisa mencari putrid sejati. ” sahut sang pangeran.
“Kita akan pergi menemui putrid sejati,” sahut sang pangeran. “Kita akan menemui putri Prenella. Lihat petanya, Fred.
” Putri Prenella sangat senang dan girang melihat sang pangeran. “Kamu harus masuk dan tinggal di istanaku,” serunya. Putri Prenella berlari di atas jembatan sambil menyeret Pangeran Patrick bersamanya.
“Ayo cepat! Ayo cepat!” serunya kepada para pelayannya. “Siapkan kamar terbaik untuk pangeran dan fred.”
“Permisi,” kata peg. Sambil berjuang membawa koper. “Di mana aku tidur?”
“Pelayan tidur di atas loteng,” jawab sang putri angkuh. “Mungkin ada sedikit tikus di loteng, tapi ku yakin kau bisa mengatasinya.”
Peg pergi menuju kamarnya.
Kamar itu sangat dingin dan lembap. Dia bisa mendengar tikus-tikus berlarian kesana kemari, mencicit-cicit.
Sementaran itu, Fred dan sang pangeran menikmati jamuan agung bersamaputri Prenella.
“Kau baik sekali,” kata pangeran Patrick, “Tapi bagaimana dengan peg? Apa dia makan di dapur?”
Sang putrid tampak terkejut. “Pelayan kecil jelek itu? Un tuk apa aku repot­-repot mengurus dia.”
“sepertinya kami harus pergi,” Kata pangeran Patrick. “Kau bukanlah putri sejati.”
“Oh, tentu saja aku putrid sejati! ” Seru putrid prenella.
“Oh tidak,kau bukan putrid sejati!” seru Fred.
“Kamu gagal dalam ujian putri sejati yang pertama.”
“Putri sejati bersikap sopan pada semua orang,” pangeran Patrick menjelaskan “ dan kamu baru saja bersikap kasar kepada Peg.”
“Aku tidak akan menyerah!” kata pangeran Pattrick. “Pasti ada putrid sejati di suatu tempat….”
“Menurut peta ini, Putri Palova tinggal di sekitar sini. Ayo kita coba temui dia,” saran Fred
Setibanya di istana putrid palova, seorang pelayyan membuka pintu. “Siapa yang dating?” Tanya putrid palova.
“Seorang pengemis, yang Mulia.”
“Kita tidak punya apa-apa untuknya,” tukas sang putri. “Suruh dia pergi.”
Pangeran Patrick membalikan badannya. “Dia bukan putrid sejati,” pikirnya. “Seorang putri sejati sopan dan baik hati, bahkan kepada pengemis.”
“Aku menyerah,” desah sang pangeran. “Aku tidak akan pernah menikah! Kurasa tidak ada putri sejati dimana pun. Kita pulang saja.” Mereka bersiap melakukan perjalanan panjang ke istana. Semuanya murungm termasuk para kuda.
“Kurasa si koki belum lupa dengan pudding yang telahn aku hanguskan,” kata Peg.
Kereta itu tiba di istana tepat pada saat badai besar dating.
Peg langsung menuju ke dapur dengan perasaan tidak enak. “Ada ratusan piring kotor yang harus kau cuci,” bentak si Koki. “piring-piring kotor itu sudah menumpuk sejak kau pergi.”
Sementara itu pangeran Patrick dan Fred menemui sang raja dan ratu. Di luar,hujan mulai menghantam jendela-jendela. Kilat mulai menyambar-nyambar di langit.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Seorang putri yang cantik basah kuyup melangkah kedalam ruangan,dia menggigil kedinginan. “Maaf jika saya merepotkan kalian,” katanya sopan, “tapi keretaku rusak.” “tidak apa-apa,” sahut pangeran Patrick cepat. “Kami akan membetulkan keretamu di besok pagi.”
“Dia bertindak seperti seorang putrid sejati,” piker sang pangeran, “tapi aku harus yakin.”
Pangeran Patrick menyuruh para pelayan menyiapkan kamar untuk putrid Primrose. “Tumpuklah dua puluh kasur di atastempat tidurnya,” perintah pangeran Patrick, “dan taruhlah sebutir kacang polong di paling dasar.”
Sementara itu, malam itu Peg tidak tidur. Dia harus menyelesaikan tugasnya mencuci piring. Keesokan harinya putrid Primrose muncul untuk sarapan
“Bagaimana tidurmu?” Tanya pangeran Patrick.
“Aku menyukai semua kasurnya,” sahut sang putri.
“Itu adalah tempat tidur yang paling nyaman.” Pangeran Patrick mendesah. “Seorang putrid sejati harusnya bisa merasakan kacang polong yang menganjal,”pikirnya, selesai sarapan, dia mengucapkan selamat tinggal pada putri Primrose. “Seorang putrid palsu lagi,” katanya sedih.
Satu jam kemudian, Peg terkejut dan terjaga. “Aduh!” serunya. “Ada sesuatu yang menganjal di tempat tidur ini. Aku mau turun.”
Tapi ketika dia membungkuk, tanpa sengaja ia menjatuhkan tangga. Tangga itu terjatuh dengan suara keras. “Sial!” seru Peg. “Aku terjebak di atas.” “Tolong!” Peg berteriak sekencang-kencangnya, “Aku tidak bisa turun. TOLONG!”
Semua orang bergegas mendatangi ke kamar itu. “Apa yang kamu lakukan di atas sana?” Tanya Pangeran Patrick.
“Aku tadiya hendak bersih-bersih,” sahut Peg, “Tapi aku begitu lelah sehingga ketiduran.” “Sayangnya ada sesuatu yang menganjal di tempat tidur ini,” lanjut Peg. “Badanku menjadi memar.”
Pangeran Patrick tahu ini hanya berarti suatu hal…
“Luar biasa!” seru pangeran Patrick.
 “Kau bersikap sopan kepada si penyihir,berbuat baik kepada pengemis, dan sekarang kau bisa merasakan sebutir kacang polong di bawah dua puluh kasur. Kau pastilah seorang putri sejati!”
Sang pangeran bergegas menaiki tangga. “Peg, maukah kau menikah denganku?” Peg ternganga.
“Kau inginmenikahi aku, seorang pelayan istana? Ya, tentu saja!” Pangeran Patrick akhirnya menikahi putri sejati.

1 komentar:

  1. The 23 Casino in San Diego, CA - Mapyro
    The 23 Casino 과천 출장샵 is 과천 출장마사지 located at 11555 Boulder Road, Las Vegas, 화성 출장안마 NV 89109. The casino 김포 출장샵 has over 충주 출장샵 2200 slots, over 300 table games, and in a hotel.

    BalasHapus

Follow Me On Instagram

Blogger templates

Comments

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *